Dari
aku, untukmu penggenap mimpiku.
Betapa
bahagianya andai aku bisa menjadi istri yang baik, untukmu, suami yang (semoga)
juga baik. Dengan begitu, satu mimpiku terbayar. Kini, masih ada satu mimpi
lagi. Ah, bukankah mimpi-mimpi itu tak akan pernah habis hingga kita
benar-benar sampai pada cita-cita yang hakiki, yakni bertemu sang Ilahi? Itulah
kenapa, segala mimpi harus tetap bermuara pada Dzat yang Abadi.
Jadi,
dear, satu lagi mimpiku setelah menjadi seorang istri. Iya, tentu saja kau tahu
itu. Menjadi ibu, adalah cita-cita terbesarku. Menyaksikan satu persatu
anak-anak kita tumbuh. Ah, bahagia sekali rasanya membayangkan ada
malaikat-malaikat kecil yang akan selalu menghibur hati.
Tapi,
dear…
Kau
harus tahu, ada banyak hal yang ingin sekali aku terapkan, bahkan hindarkan
ketika punya anak, nanti. Yang tentu kau juga akan banyak berperan. Karena tak
mungkin aku menerapkannya sendirian, bukan? Hehe…
Dear…
Sungguh,
aku tak ingin anakku nanti merasa bersalah telah lahir ke dunia. Tidak, kita
tidak akan membiarkan mereka hidup dengan ‘disalahkan’. Mereka harus
selalu mendapat support, dukungan. Mereka harus tahu, betapa kita selalu bangga
dengan kehadirannya. Setiap anak tentu akan membuat kesalahan. Tapi menyalahkan
bukan cara terbaik untuk mendidik.
Dear…
Segala
kebutuhan anak kita nanti harus benar-benar terpenuhi. Dari segala sisi,
terlebih kebutuhan hati dan rohani. Aku ingin mereka menjejaki dunia pendidikan
sejauh yang mereka inginkan. Tanpa ada biaya sepeserpun yang harus mereka
fikirkan. Tidak. Kita tidak akan membesarkan anak kita dengan prinsip-prinsip
dunia. Apalagi membuat mereka merasa seolah kehidupannya adalah beban bagi
orang tua. Oh, tidak, dear. Itu tidak akan terjadi. Ku pastikan mereka akan
tumbuh dengan pemahaman-pemahaman terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar