Dari aku, untukmu calon ayah
dari anak-anakku.
Aku adalah perempuan lajang,
masih sendiri. Tentangmu, sedikitpun masih belum ku ketahui. Tapi kau harus
tahu, betapa aku beruntung saat tahu ada laki-laki segagah kau yang berani
menghadap ayahku.
Kau tahu, dear?
Impianku tak pernah sederhana
tentang sebuah pernikahan. Aku tahu pernikahan bukan sebuah tuntutan, bukan
adat atau kebiasaan. Tidak perlu banyak prosesi atau pesta-pesta bergengsi. Pernikahan
adalah satu jalan penyempurnaan. Maka akan butuh komitmen yang tidak sederhana.
Berjanji untuk tetap setia beriringan, berjalan menuju syurga bersama-sama.
Dear…
Kau fikir, aku takut jika
kau-seseorang yang datang meminangku- adalah orang yang sederhana? Atau miskin
harta? Oh, tidak dear. Betapa lebih menakutkannya andai aku akan bersama dengan
orang yang miskin ilmu dan tanggung jawab.
Tak apa, dear. Kau tak perlu
takut atau minder jika bukan kemewahan yang bisa kau tawarkan sebagai mahar
pernikahan. Bukankah Allah selalu menghendaki kemudahan bagi hamba-Nya? (يريد الله بكم اليسرى
و لا يريد بكم العسر). Ah,
terlalu keji rasanya jika aku yang bukan Tuhan justru bermaksud untuk
menyulitkanmu.
Tapi,
dear, atas segala kriteria yang aku harapkan, aku masih harus menyesuaikan. Bukankah
picik sekali jika aku ingin disatukan dengan yang baik, sedang aku sendiri
enggan memperbaiki diri?
Tapi tentu,
aku boleh melakukannya hanya karena ketaatan pada-Nya. Bukan demi kamu. J