About Me

Foto saya
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Introvert.

Sabtu, 03 April 2021

Cuma Curhat.

Saya sudah mulai kehilangan diri saya yang dulu. Padahal dulu, saya tidak terlalu suka belajar di kelas. Saya lebih suka belajar di rumah. Di kelas itu cuma tempat untuk unjuk gigi, bahwa saya bukan siswi biasa, saya pintar. Nah, proses belajar di rumah itu yang mendukung kegiatan unjuk gigi saya. Saya termasuk orang yang tidak mau kalah. Saya tidak suka step yang bertele-tele, itulah kenapa saya tidak pernah belajar iqra runtut dari iqra 1 sampai 6. Saya selalu belajar bagaimana caranya ketika di pengajian, saya sudah lebih dulu faham sebelum diajarkan atau dijelaskan. Ketika saya berada di tingkat iqra 4, saya sudah mati-matian belajar iqra 6, bahkan juz 'amma dan selalu ingin guru ngaji saya tahu, bahwa saya sudah tidak ingin berada di kelas iqra 4.


Di Sekolah Menengah Pertama, saya tidak pernah tidak belajar sebelum berangkat sekolah. Bangun tidur, sebelum berangkat, pulang sekolah hingga sebelum tidur yang saya lakukan hanya belajar sampai ibu sering memarahi saya karena saya lebih suka buku daripada sapu. "Anak gadis itu mbok ya kerja, beres-beres rumah ngunu lho nduk. Jangan buku terus." begitu kalimat yang selalu saya dengar setiap selepas shubuh saat sedang bercumbu dengan buku. Padahal bapak selalu senang melihat saya yang tidak berhenti belajar. Bahkan saat sedang menulis surat cinta pun, bapak percaya anak gadisnya sedang menulis rumus-rumus fisika.

Saya bermain seperti anak-anak SMP pada umumnya, saya bermain handphone, saya pergi ke warnet, tapi saya tidak kehilangan kesempatan untuk menjadi nomor satu di sekolah. Saya murid yang berhasil bertahan di peringkat pertama pada setiap semester.


Sampai di semester akhir kawan-kawan mulai bertanya tentang rahasia yang padahal saya sendiri tidak tahu jawabannya. Saya tidak pandai matematika, saya benci kesenian, saya tidak jago olah raga, saya alergi pelajaran sejarah, tapi setiap pembagian raport, peringkat pertama selalu diisi oleh nama saya. Beberapa kawan dan orang tua bertanya tentang rahasia yang saya hanya menjawab "doa ibu saya yang luar biasa," dan orang-orang seketika mengangguk percaya.

Hari ini saya menjadi nomor sekian. Orang-orang tak lagi memandang saya spesial. Saya hanya orang biasa. Saya sering tidur di kelas, di asrama lebih suka menghabiskan waktu untuk meracau atau menulis cerita, bahkan menonton drama. Saya sudah tidak suka buku-buku pelajaran. Di asrama, tidak ada bapak yang tersenyum lebar saat melihat saya belajar. Tidak ada yang berkata "rajinnya anak bapaaaakkk..." Juga tidak ada yang memberi saya makanan kecil saat otak saya mulai pening menatap tulisan-tulisan atau rumus matematika. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Best of...

Idzinkan Saya Berzina Dengan Anak Bapak

  Oleh: Galuh Za   Awan hitam bergerumul di puncak gunung salak di hadapan Wisnu. Bertumpuk-tumpuk. Menutup sebagian awak gunung itu. ...