About Me

Foto saya
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Introvert.

Selasa, 28 September 2021

Kapan Hari itu Tiba?

Aku jadi sering sekali berfikir tentang hari esok. "Apakah aku akan mengalami fase itu?" Fase yang saat ini marak manusia² seusiaku sedang sibuk melangkah masuk ke dalamnya.
Apakah aku akan merasakan yang namanya menikah? Apakah aku juga akan menjadi madrasah pertama? Mengandung 9 bulan dan melahirkan sesosok bayi mungil ke dunia? Apakah akan ada seseorang yang memanggilku "bunda?".

Ah, berat sekali rasanya membayangkan aku berada di sana. Meski ada perasaan takut juga yang menyelinap di dada, bahwa aku tak akan pernah merasakannya.

Aku berdiri di teras rumah sambil melihat hampir semua tetangga sudah sibuk menggendong bayi mungil mereka, membantunya belajar bicara, menyuapi MPASI, bernyanyi, menghitung jumlah burung di udara. Asyik sekali kelihatannya. Mengalihkan pandang ke smartphone tersayang, menatap puluhan gambar terpampang dengan keadaan yang masih tak kutemukan perbedaan. Masih seputar ibu dengan perut besarnya, foto hasil USG yang disebar dengan caption gembira, foto keluarga lengkap dengan suami dan anak² tercinta, semua dibagikan dengan sukacita dan aku masih bertanya² tentang 'kapan hari itu tiba?'.

Tak memaksa segera. Hanya penasaran saja. Apakah esok masih ada usia, atau tidak.

Selasa, 21 September 2021

Penyelam yang Malang

Pernah ada seseorang yang dilepaskan di laut tanpa diajarkan caranya berenang. Tidak diberi kesempatan untuk belajar. Caranya mungkin berbeda dengan orang kebanyakan. Waktu yang ia butuhkan pun boleh jadi tak sesingkat orang-orang.

Ia dipaksa menyelam sampai ke dasar tapi tak boleh kelelahan.
Ia bosan tapi tak boleh mencari hiburan.
Sesekali menabrak karang tapi tak sedikitpun boleh kesakitan.

Sayang sekali, dia memang terlalu angkuh untuk mengakui bahwa dia itu lemah.
Sayang sekali, dia terlalu banyak memikirkan orang lain, sampai dirinya sendiri nyaris lupa bernafas di dalam air.

Pernah sekali dia muncul ke permukaan.
Mengambil nafas untuk bisa menyelam lebih dalam.
Tapi seseorang mengangkutnya ke atas kapal.
Sang pemilik lautan nyatanya tak rela ada penyelam yang tak mematuhi aturan.
Dikatakanlah, bahwa dia adalah seorang pembangkang.
Katanya, tempatnya bukan di laut nan dalam.

Akhirnya, dengan langkah berat dia kembali ke darat.
Nafas panjang yang sebelumnya diambil di permukaan, rasanya di kerongkongan ia terjerat.
JAHAT. Pikirnya hari itu.

Mereka menarik si penyelam ke darat saat dia sudah benar-benar siap untuk menjadi penyelam yang hebat.

Meski di sisi lain, ia juga sangat bersyukur karena pada akhirnya, ia bisa bernafas dengan lega.

Dia itu, Saya.

Best of...

Idzinkan Saya Berzina Dengan Anak Bapak

  Oleh: Galuh Za   Awan hitam bergerumul di puncak gunung salak di hadapan Wisnu. Bertumpuk-tumpuk. Menutup sebagian awak gunung itu. ...