About Me

Foto saya
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Introvert.

Selasa, 07 Desember 2021

Yang Membuntutimu itu Bernama Takdir


Kemarin malam saya sempat berkabar dengan seseorang bahwa saya merasa tidak enak badan. Sampai selasa pagi pun kepala masih sakit dan sedikit demam, tapi saya memaksa mandi dan berangkat ke perantauan. Kembali ke Kota Hujan.

Sebelum berangkat saya sempat makan dan merasa diri saya baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda buruk akan menimpa.

Saya naik KRL tujuan Duri dan sempat bergumam tepat satu stasiun sebelum stasiun transit tempat saya berganti kereta, "kayaknya nggak apa-apa nih kalau nanti nggak dapat duduk. Kuat, lah..." Dengan sangat PD nya saya berpikir demikian.

Lalu Allah mengabulkan dan mungkin sekaligus memberi pelajaran. Seperti ingin mengingatkan 'kalau bicara itu jangan sembarangan!'.

Takdir lalu mengikuti perjalanan. Ia terjadi seperti apa yang saya katakan. Hanya bagian tidak mendapat tempat duduk saja, tidak sepaket dengan kekuatannya.

Saya berganti kereta di Stasiun Duri dan sampai stasiun Manggarai saya merasa masih baik-baik saja. Hanya sedikit pegal.

Masuk Tebet kepala saya sudah mulai kliyengan. Tapi masih dengar suara sekitar.

Kereta melaju lamban. Atau ini hanya perasaan saya saja. Yang kemudian disusul rasa yang saya sendiri tidak faham apa itu.

Semuanya gelap, nafas saya sesak, hidung berair, saya sudah tidak lagi merasakan apa-apa. Tapi saya masih ingat saat itu sempat menurunkan tas berat saya ke lantai sebelum akhirnya terkulai.

Mas-mas berkacamata di belakang saya, entah apa responnya. Tapi ketika saya sadar, sudah 2 stasiun dari tempat terakhir saya bisa mendengar suara.

SAYA PINGSAN.

Terkejut saat sadar dan sekeliling saya banyak orang dengan minim perempuan, saya refleks langsung mengambil tas dan berjalan sempoyongan keluar. Menyeruak di antara kerumunan orang.

Saya mengabari kakak saya tentang kejadian barusan. Berdiskusi, dan setelah satu setengah jam saya berdiam menunggu kereta yang lebih lengang, akhirnya saya tetap melanjutkan perjalanan meski kembali berdesakan.

Kereta Bogor di awal jam-jam malam tak pernah lengang. Saya tidak akan sampai kalau masih keras kepala menunggunya.

Lalu sampai di stasiun tujuan sudah cukup malam dan mengabarkan siapa saja yang ada di sekitar, berharap ada yang berbaik hati mengantar karena saya mulai khawatir juga dengan diri saya sendiri.

Tapi saya tidak sabar, tak ingin menunggu lama, akhirnya angkot pun saya sambar. Padahal, sudah ada kawan yang siap menjemput saya semalam.

Ah sudahlah. Saya sudah tidak keruan.

Sampai di tempat tujuan sudah set. 10 malam. Saya makan dan merebahkan badan. Menelpon seseorang.

Badan saya panas seperti terbakar api kemarahan. Atau cemburu berlebihan. Hehe

Saya sudah mencoba menulis beberapa paragraf untuk Day 7 kemarin. Bahannya sudah saya siapkan. Ini adalah request seseorang, dan saya sampai mengajak berdiskusi beberapa kawan demi judul yang ia ajukan. Tapi demam membuat otak saya tidak bisa bekerja maksimal.

SAYA TEPAR.

2 komentar:

  1. Semoga selalu diberikan kesehatan mba 😘😘 ya allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, segala doa baik kembali pada yang mendoakan.🥰

      Hapus

Best of...

Idzinkan Saya Berzina Dengan Anak Bapak

  Oleh: Galuh Za   Awan hitam bergerumul di puncak gunung salak di hadapan Wisnu. Bertumpuk-tumpuk. Menutup sebagian awak gunung itu. ...