Selasa, 24 Maret 2020.
Hari ini masuk fase di mana penyebaran
COVID-19 sudah sangat luas. Tercatat per-24 Maret 2020 COVID-19 ini meningkat
hingga 686 kasus dengan data pasien sembuh belum mencapai setengahnya. Aku yang
sejak lahir sudah mengalami banyak sekali hal luar biasa sebenarnya tak begitu
heran dengan apa yang terjadi di tahun ini. Tahun yang seharusnya diisi dengan
kesibukan diri menulis lembar-lembar skripsi, harus dihiasi oleh COVID-19 yang
merabak ini. Skripsi masih imajinasi, ilusi, yang akhirnya berubah jadi lembar-lembar
puisi. Catatan kecil di buku-buku kuliah sudah bukan lagi catatan kaki yang berisi
pembahasan mata kuliah setiap hari. Menulis nama orang yang dicintai di
sana-sini. Sudah bukan hal yang membingungkan lagi. Bertanya-tanya apa kabar
doi, atau pertanyaan-pertanyaan lain yang tak mungkin dilontarkan untuk
saat ini.
Untukmu, kau tahu? Aku menunggu hari
berlalu sedang hari tak pernah memberi kabar apapun tentangmu. Pertanyaan ‘apa
kabar?’ masih terus tertahan di kerongkonganku. Ingin ku kirim pesan ke
nomor whats app-mu. Tapi apa daya, kau memutus akses melalui jalur itu. Tinggal
di kota yang menjadi Zona Merah di Negerimu, kota ke-dua yang akhirnya harus
dikunci oleh pemerintahmu, ingin sekali rasanya ditanyai olehmu. Atau setidaknya,
aku tahu bahwa kau mengkhawatirkanku. Nyatanya tidak. Tak ada pertanyaan
seputar kesehatanku, seputar kota tempat tinggalku, seputar kuliahku,
kesibukanku, atau apapun tentang aku. Kau memilih pergi dan berlari. Menetralkan
rasa agar kelak kau bisa kembali sebagai orang yang tak asing lagi. Katamu. Sebenarnya
aku tak begitu setuju. Tapi kau, sungguh tak butuh persetujuan dariku perihal
keputusanmu itu.
Untukmu, jika kelak kau membaca ini,
semoga masih tersisa ingatanmu tentangku. Mengirim e-mail atau apapun itu. Seberapa
panjangnya pun waktu saat kau sudah mulai mengabarkanku. Perihal keadaanmu,
tidak melulu soal rindu, karena kalimat yang kau susun untukku, sudah lebih
dari cukup untuk aku bisa merasakan hadirmu. Di sini, aku memelukmu dari jauh. Dan
jika aku harus mati di era COVID-19 ini, semoga kau sudah mengikhlaskan segala
kisah yang tak sempat bertemu ujungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar