About Me

Foto saya
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Introvert.

Sabtu, 21 Maret 2020

Wedding 2



Mahadika Bagas Karliawan.

Kau jadi lebih sering menghubungiku sejak tiga bulan lalu. Bertanya ini dan itu. Hal kecil sekalipun, tak luput dari penilaianku. Kau begitu butuh berdiskusi denganku. Aku tahu kau begitu disibukkan dengan banyak hal. Pasti lelah jadi kamu akhir-akhir ini.
Hari ini kita harus fitting baju. Bahagia memancar dari wajahmu. Dan rasanya, itu menular sampai ke rongga dadaku. Aku senang melihatmu senyum selebar itu. Aku senang berada di dekatmu. Kau terus saja menggodaku. Mengatakan aku akan menjadi pengantin termanis, esok. Tapi aku sama sekali tak berselera membalas gurauanmu. Aku disibukkan oleh banyak hal dalam fikiran. Maafkan aku.
Ku dengar kabar tentang kematian tetanggamu. Sungguh, aku berfikir tentang acara esok, yang harus dihias oleh banyak bendera kuning di pekarangan rumahmu.
Kita berdua pulang dengan perasaan yang tak terdefinisikan. Tujuh tahun penantian akhirnya berujung pada kebahagiaan tak tergambarkan. Sepanjang perjalanan pulang, masing-masing kita tenggelam dalam fikiran yang tak terjelaskan. Aku tahu, sesekali kau melirikku. Lalu mengeryitkan dahi setelah itu. Aku mulai menebak-nebak apa sebenarnya yang ada dalam dadamu.
ꙮꙮꙮ
Aku adalah yang pernah berjanji untuk menjadi yang paling setia mendampingimu. Aku adalah yang pernah berjanji untuk menjadi yang yang paling keras membahagiakanmu. Tapi aku sendiri yang merusak janji itu. Menghancurkan bahagiamu, dan rencana indah kita dulu.
Hari itu aku melamarmu. Tanpa memberitahumu terlebih dahulu, aku datang menghadap ayahmu. Aku yang sangat optimis begitu yakin akan diterima sebagai menantu. Hari itu kau ikut duduk di ruang tamu menemuiku. Menyuguhkan ini itu selayaknya aku benar-benar tamu dari jauh.
Kau duduk di sebelah ayahmu dengan tanpa senyum sedikitpun di wajahmu. Aku tak faham isyarat apa itu. Tapi proses melamar tak ku hentikan. Kata demi kata ku rampungkan. Niat ini murni dari dalam hati. Ingin menjadikanmu seorang istri.
Dan aku yakin kau sudah tahu apa yang sebentar lagi akan terjadi. Dari raut wajahmu, kau begitu risau, ingin mengusirku pergi andai rasa malu tak kau miliki. Aku menjadi sangat faham setelah ayahmu memberi respon dari apa yang baru saja aku ungkapkan. Di luar dugaan, beliau memintaku untuk menikahi anak pertamanya; kakakmu. Karena tentang tujuh tahun perjalanan kita sampai ke hari ini ayah memang tidak tahu.
Ayah memberi foto kakakmu padaku, berharap aku akan tertarik pada wanita yang dua tahun lebih tua darimu itu. Aku benar-benar tak tahu bahwa wanita itu, adalah teman sekelasku di Sekolah Dasar dulu. Sungguh.
Aku dihunjam kalimat ayah dari segala arah. Hari itu jadi terasa lebih panas dari biasanya. Aku gerah. Batinku mengutuk, aku merasa bersalah.
Kau yang mematung tanpa suara, akhirnya juga angkat bicara. Katamu, kebahagiaan kakak lebih dari segalanya. Lagipula, katamu, kakakmu sudah menyimpan kagum padaku sejak lama. Hanya dia tak pernah tahu tentang kita.
Aku kekeuh dengan pendirianku untuk memperistrimu. Dan kau, kekeuh ingin memperjuangkan kebahagiaan kakakmu. Akhirnya kita bertemu pada titik di mana aku harus mewujudkan apa yang kau perjuangkan.
ꙮꙮꙮ
Hari ini, tepat hari di mana aku akan menggenggam tangan ayahmu.  Degup jantungku, seperti bisa didengar dari jauh. Sementara aku sibuk dengan segala kegugupanku, barangkali kau juga disibukkan dengan urusan ini itu. Memeriksa banyak hal, memastikan semuanya baik-baik saja.
Kau masih sibuk dengan salah satu personil Wedding Organizer saat aku datang. Aku melihatmu di lantai dua rumahmu. Tanda kedatangan calon mempelai di bunyikan. Jantungku berdegup kencang. Kepalaku pusing bukan kepalang. senyumku ku paksa mengembang demi menghindari banyak pertanyaan.
Aku melihatmu yang menatap ayah dari kejauhan. Prosesi demi prosesi terlaksana. Hingga tiba saatnya aku mengucap janji setia.
Ayah mulai merampungkan kalimatnya saat air matamu tumpah tak terkendali. Aku melihatmu bangkit dan berlari. Kau terlihat tak peduli meski tatapan orang-orang menghunjam diri.
Kau meninggalkan acara sebelum sempat mendengar janji setia dari mulutku. Tak sanggup. Ternyata kau tak sekuat itu. Padahal kemarin, kau bilang akan bahagia dengan pernikahanku. Hari ini kau malah merusak segala perasaan yang ada dalam dadaku. Tak bisakah kau sembunyikan ketidakrelaan itu?
ꙮꙮꙮ
Kau tak lagi kembali sejak hari itu. Pasti menyakitkan sekali melihatku menjadi menantu ayahmu sedang bukan aku yang mendampingimu.

1 komentar:

Best of...

Idzinkan Saya Berzina Dengan Anak Bapak

  Oleh: Galuh Za   Awan hitam bergerumul di puncak gunung salak di hadapan Wisnu. Bertumpuk-tumpuk. Menutup sebagian awak gunung itu. ...